Kamis, 30 Juli 2015

Daftar Proyek Terbengkalai



Senin, 23 Februari 2015 15:07


BANGUNAN Islamic Center di daerah perbatasan Aceh Tenggara-Tanah Karo, persisnya di Desa Lawe Pakam, Kecamatan Babul Makmur, tidak digunakan sebagaimana peruntukannya. Islamic Center ini merupakan proyek multiyears yang dananya bersumber dari APBA dengan nilai puluhan miliar rupiah. SERAMBI/ASNAWI

Terbengkalai, ditelantarakan, tak sepenuhnya tuntas, penggunaan di luar peruntukan, atau tak maksimal pemanfaatannya, adalah kondisi riil sebagian proyek di Aceh yang pembangunannya menggunakan uang publik. Lantaran terbatasnya space, Serambi hanya merangkum sebagian kecil saja proyek tersebut, seperti terlihat dalam tabel berikut ini:

Bireuen
* Satu unit pabrik pengolahan pakan ternak bantuan Jepang tahun 2000 di Gle Kuprai Gandapura hingga kini tidak difungsikan untuk menghasilkan pakan ternak. Selain bantuan Jepang, Pemkab Bireuen waktu itu juga mengucurkan bantuan tambahan Rp 100 juta pada tahun 2002, Rp 100 juta pada tahun 2004, kemudian bantuan mesin tahun 2013 yang dananya bersumber dari APBA.

* Pabrik inti keramik Juli, bantuan Pertamina tahun 2003 senilai Rp 1,2 miliar. Saat ini kondisinya terbengkalai.

* Pabrik Biodiesel di Desa Beunyot Juli. Pabrik tersebut dibangun tahun 2010 dengan dana Mensos RI Rp 1,5 miliar ditambah bantuan Otsus 2010 Rp 2,7 miliar, kemudian APBA 2012 Rp 300 juta. Pabrik ini sebetulnya mampu mengolah 20.000 butir kelapa per hari. Tapi tak difungsikan.

* Gedung pasar grosir Bireuen sebagai bagian dari paket bantuan tsunami. Gedung ini dibangun tahun 2007 oleh BRR NAD-Nias. Nilai bangunannya Rp 7 miliar. Diserahkan ke Pemkab Bireuen tahun 2009. Pernah ditempati sementara sebagai pasar grosir. Kemudian disewakan kepada Pante Perak Group tahun 2013. Setahun kemudian Pante Perak angkat kaki, gedung itu kosong hingga kini.

* Mesin press sabut kelapa bantuan Pertamina tahun 2011 lalu senilai Rp 800 juta belum difungsikan. Mesin tersebut terletak di pinggir jalan kawasan Desa Paya Meuneng, Peusangan.

* Pabrik susu kedelai di Peudada yang dibangun dengan dana APBA tahun 2006 Rp 6 miliar, hingga kemarin belum difungsikan.

* Pabrik garam beryodium yang dibangun Aceh Development Fund (ADF) tahun 2012 di Desa Jangka Alue Bie, Kecamatan Jangka, Bireuen, saat ini tak difungsikan. Awalnya sempat beroperasi beberapa bulan, tapi kini sepi dari aktivitas.

* Sejumlah pasar ikan bantuan BRR NAD-Nias di Bireuen tahun 2009 juga belum berfungsi, yaitu pasar ikan di Krueng Panjoe, Kutablang, di Blang Cot Tunong, Jeumpa, dan pasar ikan di Kuala. Termasuk pasar ikan di Desa Teupin Siron, Gandapura, dan pasar ikan di Desa Cot Iju Kecamatan Peusangan. Nilai proyek masing-masing pasar ikan ini berbeda-beda.

Aceh Tenggara

* Bangunan Islamic Center di daerah perbatasan Aceh Tenggara-Tanah Karo, persisnya di Desa Lawe Pakam, Kecamatan Babul Makmur, tidak digunakan sebagaimana peruntukannya. Islamic Center ini merupakan proyek multiyears yang dananya bersumber dari APBA bernilai puluhan miliar rupiah.

Kini beberapa ruangan gedung Islamic Center dijadikan aktivitas sebuah kampus swasta, yakni Sekolah TinggiI Ilmu Tarbiyah Babussalam. Sedangkan bangunan lain dibiarkan kosong.

* Pabrik kakao yang dibangun tahun 2009 bernilai miliaran rupiah tidak difungsikan sebagaimana peruntukannya. Bangunan tersebut saat ini jadi gudang jagung sekaligus Kantor BUMD Makmur Sepakat.

Aceh Barat Daya

* Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Desa Persiapan Lhok Gayo, Kecamatan Babahrot, bernilai Rp 26 miliar lebih dibangun dengan sumber dana APBA (Otsus) 2010. Kini sudah jadi hutan muda. Ada bangunan mesin. Beberapa rumah manajer dan karyawan sudah ditumbuhi tanaman liar. Sebagian daun pintunya malah sudah dicuri.

* Proyek Jembatan Krueng Teukuh, Kecamatan Babahrot, bernilai Rp 10,9 miliar, dibangun dengan dana APBK Perubahan Abdya 2012. Jembatan sudah dipasang di sebagian kerangka baja. Saat ini warga menyeberangi sungai masih masih menggunakan rakit.

* Proyek Pasar Tradisional Pante Rakyat, Babahrot, bernilai Rp 900 juta dengan sumber dana APBN Kementerian Koperasi dan UKM (APBN) 2013. Status, ditelantarkan. Ada 20 los pasar yang dibuat, tapi tak beratap. Sepertiga bagian lantai sudah pakai keramik.

* Pasar tradisional di Desa Ujong Tanoh, Kecamatan Setia, dibangun tahun 2008. Sudah selesai, tapi tak difungsikan, sehingga kini rusak, bahkan jadi kandang ternak. Anggarannya Rp 900 juta.

* Pasar tradisional Desa Seuneulob, Kecamatan Manggeng, dibangun 2011. Kondisinya mirip dengan pasar di Desa Ujong Tanoh.

* Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota Kecamatan (SPAM IKK) Babahrot, dibangun tahun 2012. Dananya lebih dari Rp 4 miliar.Namun, tak berfungsi maksimal.

Aceh Utara

* Museum Samudera Pase di Desa Beuringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.

* Pasar kuliner Simpang Line 40 dibangun dengan Dana Otsus tahun 2008 senilai Rp 901 juta. Sampai kini tak difungsikan.

* Pembangunan Rumah Sakit Aceh Utara di Lhoksukon tahun 2010 dengan dana APBN Rp 4,2 miliar, tapi hanya sampai fondasinya.

Lhokseumawe

* Pabrik es di TPI Pusong, Kota Lhokseumawe dengan dana Otsus tahun 2009 Rp 3 miliar. Kondisinya saat ini terbengkalai. Asetnya dijarah.

* Terminal mobil penumpang dalam kota (labi-labi) di Kecamatan Banda Sakti. Hingga kini tak dimanfaatkan sesuai peruntukannya. Malah dijadikan tempat kontainer sampah.

* Pasar Pujasera di Lhokseumawe. Dibangun tahun 2013. Sumber dana APBN Rp 2,5 miliar. Hanya rampung 40 persen.

* Pasar ikan Cunda dibangun dengan Dana Otsus 2012 Rp 2,1 miliar. Kondisinya kini rusak parah.

Pidie
* Balai Benih Ikan (BBI) di Gampong Kupula Padang Tiji, Pidie, kini terbengkalai. Dibangun secara bertahap sekitar tahun 2002 dengan dana puluhan miliar rupiah. Luas areal proyek BBI ini mencapai 4 ha. Dinas Kelautan Perikanan Pidie menyebut ketiadaan air sebagai faktor utama BBI ini tak bisa difungsikan.

Pidie Jaya

* Gedung Serbaguna belum rampung dibangun oleh Pemkab Pijay, terletak dalam komplek perkantoran Cot Trieng. Dibangun tahun 2012, sumber dana proyek multiyears ini, antara lain, dari APBN, APBA, serta APBK.

Pemkab Pijay mengaku sedang mencari dana untuk kelanjutan proyek yang telah menghabiskan dana hingga Rp 6 miliar ini. (aya/yus/c43/bah/nun/as/de)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar